Sunday 16 May 2010

Amazing Building in Kuwait

1. Al-Hamra Tower, Kuwit City

Bangunan ini menjulang tinggi 412 m di atas permukaan laut. Struktur bangunannya sangat elegan dengan balutan dinding kaca di sekeliling menara yang merupakan perwujudan dari semakin berkembangnya dunia arsitektur di Kuwait. Bangunan ini juga difungsikan sebagai wilayah perkantoran yang juga sebagai lambang supremasi Kuwait terhadap kemajuan dunia desain, serta sebagai tanggapan atas semakin merebaknya desain-desain elegan nan artististk di dunia ini seperti Menara Al-Burj di Dubai.


2. Invosys Building in Kuwait

Merupakan salah satu bangunan dengan desain unik yang sangat artistik dan penuh dengan kesulitan. Bangunan ini merupakan hasil pengembangan dari buah pikir seorang arsitek yang menganggap bahwa sekitar 50 tahun mendatang para manusia akan sangat menyukai tempat kerja mereka seperti bentuk usus yang melingkar-lingkar dan penuh belokan. Dengan suatu pemikiran yang awalnya terlihat konyol ini maka terciptalah suatu bangunan spektakuler yang benar-benar membuat setiap mata yang melihat akan mengucapkan kata-kata kekaguman, karena bangunan ini memang benar-benar mempunyai nilai seni yang sangat tinggi dan belum ada yang menyamai.










3. Central Bank Of Kuwait

Adalah bangunan perkantoran yang yang sangat futuristik dan penuh dengan nilai keindahan. Bangunan ini diilhami dari bentuk piramida, hanya saja segitiga di atasnya dipotong sehingga tidak meruncing. Terdiri bangunan echo-geometris yang disesuaikan dengan budaya bangsa Kuwait dan terletak di dekat Masjid Khamis. Dinding-dindingnya akan dibuat dari batu impor yang difungsikan sebagai wastafel untuk menyerap panas dan melindungi dinginnya iklim gurun pada malam hari. Pada arah selatan maka dipasang kaca ganda berstandar internasional sehingga memungkinkan para penghuni bangunan ini melihat indahnya panorama sekitar serta sebagai sarana konservasi energi.

Lilypad, Pulau Terapung 2100

Menurut prinsip Archimedes, mencairnya es batu dalam segelas air tidak akan mempengaruhi ketinggian permukaan air dalam gelas. Pengertian seperti ini bisa diterima akal dengan syarat tidak ada pengaruh lain yang terjadi pada gelas tersebut. Akan tetapi ketika kita melihat pada kondisi Bumi, maka untuk kondisi mencairnya gumpalan es di kutub jelas sangat bertentangan dengan prinsip Archimedes di atas. Ketika suatu gumpalan es mencair, maka yang terjadi cairan es tersebut akan memenuhi volume lautan karena gumpalan es tersebut terletak di danau yang letaknya lebih tinggi dari permukaan air laut, seperti yang ada di Antartika dan Greenland. Alasan lain dari naiknya permukaan air laut adalah terjadinya gletser continental di berbagai belahan dunia serta dilatasi air bawah laut akibat pengaruh suhu yang semakin panas karena pemanasan global.

Menurut perkiraan GIEC (Intergovermental group on the evolution of the climate), permukaan air laut naik 20-90 cm selama abad 21 dengan status quo sebesar 50 cm (perbandingan dengan abad 20 yang hanya naik 10 cm). berdasar pada penelitian dunia, untuk kenaikan suhu sebesar 1 derajat celcius akan mengakibatkan kenaikan air laut sebesar 1 meter, peningkatan air laut sebesar 1 meter ini akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar yakni 0.05% di Uruguay, 1% di Mesir, 6% di Belanda, 17.5% di Bangladesh, dan sampai 80% untuk wilayah Oseania dan sebagian Maladewa. Kenaikan air laut ini akan merugikan lebih dari 50 juta penduduk di Negara-negara berkembang seperti Vietnam, Mesir, Bangladesh, Guyana, atau Bahama karena tempat mereka akan hilang tersapu banjir air asin yang menggenangi wilayah pertanian mereka yang subur. Akan ada sekitar 250 juta jiwa akan mengungsi karena tempat tinggal mereka tersapu banjir seperti New York, Bombay, Calcutta, Ho Chi Minh City, Shanghai, Miami, Lagos, Abidjan, Jakarta, Alexandria, dan lainnya. Maka karena alas an itulah para arsitek dan beberapa ilmuwan yang peduli dengan kondisi Bumi kita ini menciptakan suatu karya maha dahsyat yang mereka juluki Lilypad atau pulau terapung yang nantinya digunakan sebagai tempat tinggal dan juga sebagai penahan terjadinya pemanasan global.





The Eye Of The Storm

The Eye Of The Storm merupakan gedung festifal termegah yang terdapat di Pulau Nodeul, suatu pulau buatan yang terletak di sepanjang Sungai Hangang. Bangunan ini direncanakan selesai pada 31 Desember 2010 yang nantinya digunakan sebagai pusat seni pertunjukan di Seoul. Bangunan ini dihubungkan oleh jembatan indah yang di sisi-sisinya terdapat air mancur yang semakin membuat bangunan ini semakin nampak indah dan eksotis. Jembatan ini difungsikan untuk para pejalan kaki, mobil, dan kereta api. Pada malam hari bangunan seni ini akan tampak lebih indah karena kolaborasi lampu-lampu hias yang indah nan cantik selalu menemani setiap langkah pengguna jembatan dan penikmat The Eye Of The Storm ini.

Bangunan seni ini termasuk yang termegah yang pernah dibuat, dengan kapasitas tempat duduk mencapai 6000 buah dan fasilitas pertunukan yang luar biasa hebat karena memadukan efek cahaya matahari, kaca, dan air yang digunakan sebagai media monitor untuk menampilkan gambar dan video sehingga terkesan benar-benar hidup. Bangunan ini juga dilengkapi dengan beberapa taman yang ditanami berbagai pepohonan seperti apel dan jeruk yang difungsikan unutk menetralisir gas karbondioksida, sehingga tempat ini akan terasa lebih segar dan benar-benar alami.

Wednesday 12 May 2010

Pipa Bawah Laut

Perkembangan industri minyak dan gas di Indonesia sedang mengalami peningkatan yang baik. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya para investor yang bersedia untuk menanamkan modalnya pada industri minyak dan gas di Indonesia. Tentunya hal ini menjadi suatu kondisi yang menguntungkan dan menggembirakan, akan tetapi dampak yang harus diperhatikan adalah mengenai perkembangan teknologi yang menunjang proses produksi dan ketersediaan sarana transportasi dalam menyalurkan minyak dan gas ke kilang-kilang maupun unit pengolahan terdekat. Sekarang ini teknologi pipa lebih disukai sebagai media dalam menyalurkan hidrokarbon (minyak dan gas) dari satu tempat ke tempat lainnya.

Pipa merupakan suatu teknologi dalam mengalirkan fluida seperti minyak, gas atau air dalam jumlah besar dan jarak yang jauh melalui laut atau daerah di lepas pantai (Soegiono, 2007). Karena medan yang dilalui oleh saluran pipa sangat beragam, yakni mulai dari dalam laut, dataran rendah, lembah, dan di dalam tanah, maka dalam pengoperasiannya akan banyak ditemukan berbagai macam persoalan, baik persoalan kelelahan (fatigue), korosi (corrosion), maupun retak (crack). Dari ketiga jenis permasalahan yang biasa dialami pipa, maka keretakan menjadi persoalan yang sangat diperhatikan karena efek lanjutannya bisa mengakibatkan kebocoran dan ledakan. Banyak dari industri minyak di Indonesia mengalami masalah retak pada sebagian besar pipa yang telah terpasang, dan biaya untuk memperbaikinya sangat mahal. Sebagai contoh PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) memerlukan US$ 75 juta untuk memperbaiki jaringan pipa transmisi jalur Gresik ke Singapura yang mengalami tekukan dan mengalami keretakan yang dikhawatirkan bisa mengganggu keamanan pasokan minyak dan gas (Ardian Wibisono, 2007). Mengingat begitu besarnya biaya dalam perbaikan pipa, maka dalam tahap perancangan perlu dilakukan analisa tegangan, analisa panjang bentang pipa, analisa stabilitas pipa bawah laut, analisa ekspansi, dan analisa takik.

Adanya keretakan membuat kekuatan pipa berkurang, penurunan kekuatan pipa sebanding dengan penambahan panjang retak sampai pipa tidak mampu lagi menahan beban yang diberikan fluida. Peluang terjadinya retak (crack) pada pipa yang terpasang di dalam laut sangat besar, hal ini disebabkan adanya beban gelombang (beban siklis) yang sebenarnya mempunyai energi yang kecil tapi frekuensi kejadiannya sangat banyak. Kondisi seperti ini lebih ditakutkan, karena dengan semakin banyaknya intensitas beban gelombang yang mengenai pipa walaupun dalam besaran energi yang kecil akan lebih memberikan dampak kelelahan (fatigue) pada pipa. Dan ketika suatu pipa telah mengalami kelelahan maka hampir dipastikan pipa tersebut akan mengalami keretakan (crack), karena material penyusun pipa sudah tidak mampu lagi menahan beban yang diberikan oleh fluida, terutama untuk fluida dengan tekanan tinggi.